Sunday, March 29, 2015

Salah Begal, Jadi Fatal

Pemilik ruko yang penulis sewa datang sore hari untuk sekedar say hello dan ngobrol dengan saya di dalam toko. Perwakan berumur terlihat sangat jelas dari fisik dan rambutnya. Santun bicaranya meski berbicara dengan saya yang umurnya terpaut jauh di bawahnya. Hanya ngobrol-ngobrol ringan saja. Tetapi ada satu kisah yang menarik darinya.

Ia punya kawan yang tetangganya adalah seorang begal. Tau ya apa begal itu? Yups, semacam rampok, tapi lebih sadis, sebab biasanya korbannya luka atau bahkan tewas. Ceritanya valid, meski tidak sampai masuk media, itu setahu saya.

Jadi si tetangga ini sudah jarang pulang ke rumah karena merantau di ibu kota. Meninggalkan istri dan anaknya di kampung. Meski begitu, jatah tiap bulan terus ia berikan lewat transfer rekening. Tanpa sepengetahuan keluarga besarnya, apa pekerjaan orang ini di Jakarta. Bertahun-tahun berlalu, hingga terjadilah satu peristiwa yang,.. na'udzubillah, semoga kita tidak mengalaminya.

Ya, berawal dari keinginan ia pulang kampung sambil tetap bekerja sebagai seorang begal. Suatu malam ia menyasar seorang anak muda naik motor di jalan bulak. Tau bulak? Bulak itu istilah jalan yang jaraknya memisahkan antar desa. Biasanya kanan kiri sawah atau ladang yang luas, sebagai pemisah antar desa. Sehingga suasana sepi. Niat orang ini mengambil motor milik anak muda itu. Namun si anak muda ini malah melawan dan berteriak-teriak. Takut aksi begal ini diketahui warga, meski sebenarnya sepi dan gelap. Akhirnya si begal inipun menghabisi anak muda itu. Anak muda tersungkur jatuh bersimbah darah, dan tewas. Si begal beranjak meninggalkan korbannya, lalu membawa motor anak muda itu.

Sesampai di rumah, saat dini hari, orang ini mengetuk pintu lalu dibukakan sang istri. Senyum penuh gembira di raut sang istri. Namun ada kejanggalan yang terjadi. Sang istri menanyakan, kok motor anak kita kamu bawa. Lha dimana anak kita.

Si begal terpaku di depan meja makan. Minuman yang hampir ia teguk, ia letakkan secara perlahan. Lalu menatap nanar ke arah istrinya. Raut muka si begal yang sangat-sangat sulit digambarkan.

Sudah tergambar? Yah, betul. Si begal itu sukses membegal anak kandungnya sendiri, menghabisi nyawanya dan membawa hasil rampasannya ke rumah.

Kesalahan yang sungguh sangat menyakitkan. Takkan pernah tergantikan oleh apapun perasaan itu. Si begal masuk penjara dengan diiringi ratapan tangis seluruh keluarga besanrnya.

Pengging, 3/15

No comments:

Post a Comment