Monday, April 13, 2015

Sukses Tanpa Alamat Email (bag. 2-selesai)

Pada postingan sebelumnya, penulis mengisahkan seorang pemuda yang gagal jadi karyawan cleaning service di sebuah perusahaan swasta hanya gara-gara tidak memiliki alamat email. Namun justru dari itulah pemuda itu menuai sukses yang berlimpah dalam bisnisnya. Oke, mari kita simak kisah selanjutnya.

Bagi pembaca yang belum membaca kisah sebelumnya, silakan lihat di Sukses Tanpa Alamat Email (bag. pertama). Atau bagi pembaca yang sudah membacanya, boleh juga untuk merefresh kisah menarik ini.

Pada cerita pertama, pemuda yang baru saja gagal jadi karyawan cleaning service di perusahaan swasta berjalan gontai meratapi kegagalannya. Ini disebabkan sesuatu yang menurutnya sepele. Masak tidak punya alamat email kok tidak boleh jadi karyawan. Ia duduk di bawah pohon rindang di pinggir jalan. Ia amati motor yang lalu lalang di depannya, sambil memasang raut kecewa. Namun beberapa jurus kemudian, ia melihat orang tua yang membawa keranjang berisi buah mangga yang ia pikul di kanan kiri pundaknya. Bukan rasa iba yang ada dibenaknya, namun ada sesuatu yang menarik untuk ia cermati mendalam.

Akhirnya ia mendekat orang tua penjual mangga itu. Lalu ia bertanya soal buah mangga. Dari harga hingga dari mana kulak (ambil dagangan). Dengan senyum yang ikhlas, lalu ia beli dua kilo buah mangga itu. Idep-idep buat hadiah terima kasihnya untuk orang tua yang telah memberi info seputar jualan mangga itu.

Dua kilo buah mangga ia bawa. Lalu ia duduk lagi di sebuah taman. Ada beberapa pasang anak muda berpacaran di taman itu. Ia amati keduanya. Lalu berpikir, kenapa tidak dicoba untuk ditawari buah mangga itu kepada mereka. Ada beberapa yang menolak. Namun tidak sedikit pula yang membeli buah mangga itu. Akhirnya 3-4 kali transaksi, 2 kilo itu habis terbeli tanpa sisa. Uang yang ia dapat bertambah hingga 3 kali lipat. Ia sangat senang. Lalu ia sedikit berlari untuk membeli lagi buah mangga dari orang tua yang kebetulan masih mangkal. Ia beli, namun dengan harga lebih rendah. 7 kilo ia dapatkan dari uang tadi. Tidak sampai 2 jam, 7 kilo mangga habis terbeli. Sorenya ia pulang ke kost. Hingga malam hari, ia berpikir, bagaimana mencari buah mangga dengan harga yang lebih murah.

Keesokan harinya ia cari pedagang grosiran buah. Niat awal hanya mangga yang akan ia beli. Namun justru diberi kemudahan oleh yang punya grosir, bahwa buah boleh dibawa dulu dengan jaminan KTP dan DP (uang muka). Si pemuda demikian gembiranya, sebab kini buah yang akan ia jual semakin banyak. Lalu ia sewa becak yang tarifnya 25rb sehari semalam di pangkalan becak. Ia kayuh sendiri dengan menawarkan buahnya di taman-taman kota dan tempat yang banyak dikunjungi warga. Sore hari buah habis. Si penggrosir pun makin senang dengan hasil pemuda ini. Demikian terus berjalan. Lalu penggrosir menawari kios di pasar. Namun si pemuda tidak minat. Ia berpikir kalo hanya diam menunggu pembeli, ia akan kehabisan waktu dan kurang kreatif. Hari-hari berlalu, ia semakin percaya diri. Modal makin bertambah. Lalu ia sewa mobil pickup. Lalu truk. Punya beberapa pangkalan kios buah sendiri dan banyak kios yang ambil buah darinya.

Si pemuda masih berpikir untuk mengembangkan bisnisnya ini lagi. Ia berkunjung ke kebun buah. Tanya ini dan itu seputar budi daya. Di kemudian hari ia sewa lahan untuk menanam buah sendiri. Beberapa bulan kemudian, lahan para petani tidak lagi ia sewa, namun ia beli. Setahun kemudian, lahan bertambah banyak dengan hasil panen buah yang melimpah. Ia tidak kebingungan memasarkannya, karena jalur distribusi telah ia kelola menjadi sebuah jaringan pedagang buah. Dari distributor hingga eceran.

Bertahun-tahun berjalan. Karyawan yang ikut bekerja dengannya bertambah banyak. Ia berpikir, dengan jumlah karyawan yang begitu banyak, tentu makin banyak pula yang berharap jatah rezeki dari usahanya. Minimal anak dan istri tiap karyawannya sangat berharap usahanya terus konsisten berjalan baik. Ia kemudian menghubugi pengacara dan beberapa kenalannya yang melek hukum. Lalu ia tawarkan niatnya kepada mereka, bahwa bisnisnya dibuat menjadi sebuah PT. Syarat-syarat untuk membuat PT dan segala hal tentang pendirian perusahaan ia lalui dengan tetap menjalin komunikasi dengan kolega-koleganya itu. Pada akhirnya, tidak sampai setahun, ia berhasil membuat perusahaan yang berbadan hukum PT.

Para investor dalam dan luar negeri sangat tertarik dengan bisnisnya. Satu persatu masuk tanpa harus ia persentasikan dahulu. Investor sudah kadung percaya dengan geliat bisnis dalam perusahaannya. Kini perusahaan yang awalnya hanya buah, kini telah lengkap dalam lingkup holtikultura, baik sayur maupun bunga. Pabrik berdiri hampir di tiap daerah. Lahan-lahan budidaya terus meluas. Karyawan bertambah banyak. Investor semakin berani menambah besaran sahamnya. Berubah menjadi perusahaan swasta terpopuler dan paling most branded.

Pemuda itu kini telah berubah menjadi pengusaha sukses yang tidak saja kaya raya, namun juga populer dan banyak bersedekah. Para media hampir tiap hari meliput aktivitas bisnis dan pribadinya. Pada sebuah kesempatan, salah satu awak media mewancarainya di sebuah stasiun televisi swasta. Disiarkan secara live dan streaming. Hampir seluruh negeri ingin menyimak langsung jawaban dari pengusaha paling sukses itu. Hingga sampai pada satu pertanyaan yang membuat semua pemirsa mengerutkan dahinya.

Di akhir wawancara, pembawa acara bertanya kepada pengusaha sukses ini. Pertanyaan yang sebenarnya tidak ada dalam script acara itu. Pembawa acara bertanya, "Boleh minta alamat emal bapak?" Pengusaha sukses itu menjawab enteng, "Saya tidak punya email. "Tapi maaf pak, masak sudah kaya dan sukses seperti ini bapak tidak memiliki alamat email? Bagaimana komunikasi bapak selama ini dengan para kolega bisnis bapak?" tanya pembawa acara lagi. Pengusaha sukses itu justru menjawab dengan enteng namun membuat semua penonton terkaget. "Jika saya punya alamat email, mungkin saya sekarang masih jadi karyawan cleaning service." jawab pengusaha itu dengan senyum dan memberi isyarat untuk segera menyelesaikan wawancaranya.

Kisah ini sudah tamat bagi kita. Namun belum tamat bagi para penonton acara wawancara live itu. Apa hubungannya antara alamat email dengan cleaning service? Dan kenapa beliau bisa sukses tanpa alamat email?

Ok,.. tamat

No comments:

Post a Comment