Beberapa bulan yang lalu saat mendapat proyek dokumen, penulis merekrut beberapa petugas yang kompeten dalam bidang dokumen. Salah satunya adalah seorang cewek, perawakan manis dan good looking. Namun sejatinya bukan masalah fisik yang ingin penulis share-kan. Tetapi secuil kisah hidupnya yang berhasil penulis dengar langsung darinya.
Bukan ingin membicarakan aib seseorang, melainkan hanya sebuah contoh akan pentingnya bersyukur kepada orang tua. Begini secuil kisahnya.
Hanya sekitar sepuluh menit ia bercerita tanpa saya berkomentar dan memberikan solusi. Komentar dan solusi saya berikan di lain waktu. Awalnya ia bercerita tentang pacarnya yang saat itu sudah jarang berkomunikasi dengannya. Lalu beralih dengan kehidupan keluarganya. Ia merasa sejak kecil hingga lulus kuliah dan bekerja, ortunya jarang memperhatikannya. Beban hidup seakan ia kumpulkan sendiri tanpa ada tambahan tenaga dan pikiran ortu. Beruntung ia tidak mengalihkan beban hidup yang menghimpitnya ke aktivitas yang buruk. Hanya beralih dari satu pacar ke pacar yang lain. Dengan tujuan sebagai tambatan hati untuk berbagi masalah dan mendapatkan solusi untuknya.
Yups, mungkin begitu ceritanya. Tanpa penulis tambah-tambahkan sedikitpun.
Ok, mengeluh bahwa ortu tidak memperhatikannya. Betulkah? Lalu siapa yang melahirkan kita? Kasih asi, mengelap berak, memasang popok, belikan susu, mengantar ke dokter saat sakit, membiayai sekolah dari TK hingga lulus kuliah? Pacar kitakah yang melakukannya? Atau teman karib? Atau some one spesial lainnya?
So, mari bersyukur atas apa yang sampai saat ini telah dicapai ortu kepada kita. Don't worry, bahkan doanya sangat manjur menyertai cita-cita kita.
Dibal, 03/15
No comments:
Post a Comment